Kamis, 16 Mei 2013

Museum HB IX


Museum ini berada di dalam kompleks Kraton Yogyakarta yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X tanggal 18 November 1990. Benda-benda /peralatan, foto-foto dan tanda jasa serta barang yang ditampilkan dalam museum ini khusus miik maupun yang diterima almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX.


Rabu, 15 Mei 2013

Museum Kristal

Museum Kristal yang merupakan tempat penyimpanan berbagai macam barang unik yang terbuat dari Kristal. Dalam museum ini terdapat puluhan benda-benda unik yang kesemuanya merupakan cinderamata dari Negara lain kepada Sri Sultan Humengku Buwono VI,VII dan VIII. Dari sekian banyak museum yang terdapat di dalam Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat,
Museum Kristal menyimpan koleksi kristal dan terbagi dalam dua ruangan. Ruang pertama berisi pot bunga dari keramik peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, jam, meja, lampu duduk, berbagai macam guci, lampu listrik, dan hiasan meja dari bahan keramik. Ruang kedua berisi gelas-gelas kristal, tempat buah, tempat keju dan selai dari kristal polos, hiasan meja, pot bunga, guci, jam ber kerangka marmer, perlengkapan kamar mandi,  tempat sayur dari porselen, pipa rokok, tempat permen, tempat make up, kaca rias dari bahan kuningan.


Museum Batik Keraton

Museum Batik Keraton Yogyakarta Hadiningrat
Diresmikannya museum ini pada tanggal 31 Oktober 2005 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Di bagian museum ini terdapat koleksi kain batik, patung, lukisan, topeng batik, foto-foto, bahan pewarna dan perangkat membatik, dan sepeda turun temurun untuk mengangkut batik. Koleksi batik yang dipamerkan merupakan hibah dari trah Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan IX serta hibah dari pengusaha batik di jogja.menurut abdidhalem museum yang didirikan pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII ini menyimpan semua motif batik yang ada di Yogyakarta. Tidak hanya itu, motif batik dari Solo, Pekalongan, Madura dan berbagai daerah Indonesia lainnya juga diabadikan di museum ini.

Tamansari

Tamansari, Yogyakarta, KeratonTamansari adalah merupakan dimana merupakan taman yang banyak ditanami oleh tanaman bunga yang berbau harum dimana pembangunannya dilaksanakan pada masa setelah perjanjian Gianti. Pangeran Mangkubumi yang setelah bertahta bergelar Sultan Hamengkubuwono I membangun Keraton sebagi Pusat Pemerintahan Keraton Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat, pada sumbu Imajiner yakni garis lurus antara Pantai Parangtritis dan Gunung Merapi, adapun sebagai titik acuannya adalah sebuah mata air / umbul. Beliau memerintahkan Demang Tegis (salah seorang portugis yang mendapat gelar jasa dari Keraton pada masa itu) sebagai arsitek dan Bupati Madiun Raden Ronggo Prawirosentiko yang dipercayakan untuk membangun sebuah istana air tersebut. Fungsi mulanya adalah sebagi tempat menentramkan hati, istirahat dan rekreasi setelah lama dalam peperangan. Namun demikian dipersiapkan pula sebagai benteng pertahanan Keraton apabila dalam kondisi bahaya, Selain itu juga tempat ini sebagai sarana ibadah maka tidak heran bila dalam komplek ini (tepatnya di Sumur Gumuling) dapat ditemukan Mushola sebagai tempat beribadah. Bangunan Istana Air tersebut mempunyai 2 pintu utama yang menghadap ke Barat yaitu Gapuro Agung dan yang menghadap ketimur yakni Gapuro Panggung
Tamansari, Yogyakarta, KeratonPengunjung saat ini pada saat berkunjung akan melewati pintu sebelah Timur (Gapura Panggung). Setelah masuk pengunjung akan akan memasuki area Kolam pemandian yang dulunya hanya diperbolehkan untuk Sultan dan keluarganya. Suara Air yang berpadu dengan bangunan dengan elemen asrsitektur dari Hindu dan Budha, Jawa dan Islam, Cina, Portugis dan gaya Eropa. Dalam area ini kolam terbagi menjadi 3 bagian yakni Umbul Kawitan (kolam yang diperuntukkan bagi putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam yang diperuntukkan bagi para selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk Raja).

Selain dari Kolam ini pengunjung juga dapat melihat lorong yang menghubungkan antara Komplek Tamansari dengan Kraton juga Pulo Kenongo. Dilorong inilah adanya Mushola yang dipakai sebagai tempat ibadah, Lorong disini banyak sekali tempat-tempat rahasia yang semasa itu memang digunakan untuk berjaga-jaga pada saat keraton keadadaan bahaya. Keluar dari lorong ini kita dapat menjumpai bekas Pulo Kenongo yang dulunya banyak ditanami bunga kenanga yang membuat Tamansari berbau harum bunga kenanga. Disini kita kan lihat Gedung Kenanga yang merupakan bangunan tertinggi di area Tamansari ini, sehingga kita dapat melihat seluruh area Taman dan jikalau beruntung dengan cuaca yang bagus maka bisa menikmati sunset
Adapun Jam kunjung ke Tempat ini adalah: Senin – Minggu, pukul 09.00 – 15.30 WIB
Tiket Untuk Pengunjung sebesar :
  • Wisatawan Domestik: Rp 3.000
  • Wisatawan Mancanegara: Rp 7.000
  • Untuk pemandu wisata / Guide bisa nego berkisar antara Rp. 20.000 s/d Rp. 50.000

Untuk menuju tempat ini bisa menggunakan Angkutan umum yang menjadi kendaraan wisata di kota Yogyakarta seperti Andong atau becak, namun bisa juga menggunakan taksi sedangkan untuk angkutan umum seperti bus kota atau transjogja tidak melewati area ini. Bisa juga anda menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat.
http://yogyakarta.panduanwisata.com

Keraton Kasultanan Yogyakarta


 
Keraton Yogyakarta, Kasultanan, Yogyakarta
Selama menjadi keraton kasultanan sampai sekarang Keraton Kasultanan Yogyakarta telah dipimpin oleh 10 Sultan. Kesepuluh sultan tersebut adalah :



  1. Sri Sultan Hamengku Buwono II memerintah dari tahun 1792 sampai dengan tahun 1810
  2. Sri Sultan Hamengku Buwono III memerintah dari tahun 1810 sampai dengan tahun 1813
  3. Sri Sultan Hamengku Buwono IV memerintah dari tahun 1814 sampai dengan tahun 1822
  4. Sri Sultan Hamengku Buwono V memerintah dari tahun 1822 sampaiSri Sultan Hamengku Buwono X dengan tahun 1855
  5. Sri Sultan Hamengku Buwono VI memerintah dari tahun 1855 sampai dengan tahun 1877
  6. Sri Sultan Hamengku Buwono VII memerintah dari tahun 1877 sampai dengan tahun 1921
  7. Sri Sultan Hamengku Buwono VIII memerintah dari tahun 1921 sampai dengan tahun 1939
  8. Sri Sultan Hamengku Buwono IX memerintah dari tahun 1939 sampai dengan tahun 1988
  9. Sri Sultan Hamengku Buwono X memerintah dari tahun 1988 sampai dengan sekarang
Terbentuknya keraton kasultanan yogyakarta sangat panjang yakni dimulai dengan keberadaan Ki Ageng Pemanahan putra Ki Ageng Ngenis atau cucu ki Ageng Selo, pada tahun 1558 M mendapat hadiah dari Sultan pajang karena jasanya mengalahkan Arya Penangsang berupa tanah di wilayah Mataram yang kemudian pada tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di sekitar Kotagede. Selama hidupnya Ki Ageng Pemanahan tetap setia kepada Sultan Pajang. Beliau kemudian meninggal pada tahun 1584. Putera Ki Ageng Pemanahan yang bernama Sutawijaya diangkat oleh Sultan Pajang menggantikan Ayahnya sebagai penguasa mataram.
keraton, kraton, trajumasNamun karena ingin memiliki daerah kekuasaan yang lebih yakni meliputi seluruh pulau jawa Sutawijaya enggan tunduk pada Sultan Pajang yang mengakibatkan kerajaan Pajang ingin merebut kembali kekuasaan di mataram yang dipegang oleh Sutawijaya hal itu dilakukan Sultan pajang pada tahun 1587. Pada saat itu juga Badai letusan Gunung Merapi menerjang dan menghancurkan Pasukan yang akan mengempur keberadaan Sutawijaya sedangkan Sutawijaya sendiri selamat dari hantaman badai tersebut. Akhirnya setahun kemudian atau tahun 1588 Mataram menjadi kerajaan dan Sutawijaya menjadi sultan dengan gelar Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama atau sering disebut Panembahan senopati yang berarti panglima perang dan pengatur kehidupan beragama.
Panembahan senapati memerintah hingga wafat tahun 1601 yang kemudian digantikan puteranya Mas Jolang yang lebih dikenal dengan Panembahan Seda Krapyak, selanjutnya digantikan Pangeran Arya Martapura tahun 1613, dan dikarenakan sering mengalami sakit digantikan kakaknya Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Abdurrahman atau disebut Prabu Pandita Hanyakrakusuma atau lebih dikenal dengan Sultan Agung Hanyakrakusuma. Pada pemerintahan Sultan agung inilah mataram mengalami kemajuan baik dibidang politik, militer, kesenian, kesusasteraan dan keagamaan keraton yogyakarta, keratonbahkan hukum filsafat dan astronomi juga sudah mulai di pelajari. Setelah sultan Agung wafat pada tahun 1645 digantikan oleh putranya Amangkurat I dan mulai mengalami kemunduran karena lebih banyak konflik antar keluarga sendiri dan saat itu VOC mulai menggunakan momentum tersebut untuk menjalankan politiknya. Dan sebagai akibatnya pada tanggal 13 februari 1755 muncul perjanjian Gianti yang isinya membagi kerajaan mataram menjadi 2 kekuasaan yakni disebelah timur sebagai Kasunanan Surakarta dan sebelah barat menjadi Kasultanan Yogyakarta. Untuk pertama kalinya sesudah perjanjian Giyanti ini Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas kasultanan Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwono Senapati Ingalaga Abdulrakhman sayidin panatagama khalifatullah atau sering disingkat Sultan Hamengku Buwono I.
Dengan menempati area seluas 1,3 km persegi keraton dibangun dengan konsep kosmologi jawa yakni alam terbagi menjadi 3 bagian yakni atas sebagai tempat para dewa kemudian bagian tengah sebagai tempat manusia dan bawah sebagai tempat kekuatan jahat, sedangkan bagian atas dan bawah dibagi lagi masing masing menjadi 3 bagian yang seluruhnya jadi 7 bagian. Bagian tersebut adalah :
  1. Lingkungan Alun alun utara sampai siti Hinggil utara
  2. Keben atau kemandungan utara
  3. Sri Manganti
  4. Pusat Kraton
  5. Kemagangan
  6. Kemandungan Kidul
  7. Alun alun selatan sampai siti hinggil selatan
Masjid agungSedangkan secara tata ruang keraton di susun dengan pola kosentrik yakni :
  1. Lapisan luar, disini terdapat Alun alun utara dan selatan dengan masing masing antributnya. Alun alun utara dengan Masjid Agung, Pekapalan, Pagelaran dan pasar yang membentuk catur gatara tunggal. Alun alun selatan dengan Kandang Gajah kepatihan sebagai prasaranan birokrasi dan Benteng sebagai prasarana militer.
  2. Lapisan kedua, Siti Hinggil merupakan halaman dengan pelataran yang ditinggikan. Ini juga terdapat di sisi utara dan selatan. Siti Hinggil utara ada bangsal witana dan bangsal manguntur tangkil tempat untuk mengadakan upacara kenegaraan, sedangkan siti hinggil selatan digunakan untuk melihat latihan keprajuritan. Bagian terakhir pada lapisan kedua ini adalah supit urang/pamengkang yaitu jalan yang melingkari Siti Hinggil.
  3. Lapisan ketiga berupa Pelataran Kemandhungan utara dan selatan. Ini merupakan ruang transisi menuju pusat. Pada pelataran kemandungan utara terdapat bangsal pancaniti sebagai tempat sultan melakukan pengadilan khusus perkara yang ditangani raja. Selain itu sebagai ruang tunggu abdi dalem untuk menghadap raja.
  4. Lapisan ke empat terdiri dari Pelataran Sri Manganti dengan bangsal Sri manganti sebagai ruang tunggu menghadap raja, dibagian ini juga terdapat bangsal trajumas di utara pelataran kemagangan dan bangsal kemagangan disisi selatannya.
  5. Lapisan akhir adalah merupakan pusatnya yakni terdapat pelataran kedhaton yang terdiri dari Tratag, Pendhopo, pringgitan dalem.
Sebagai penghubung antar Siti hinggil pelataran dibatasi dengan benteng dan gerbang sehingga terdapat 9 gerbang pada 9 pelataran dan nama gerbang tersebut adalah Gerbang Pangurakan, Gerbang Brajanala, Gerbang Srimanganti, Gerbang Danapratapa, Gerbang Kemagangan, Gerbang Gadung Mlathi, Gerbang Kamandhungan, Gerbang Gadhing, dan Gerbang Tarub Agung
Untuk dapat melihat bagian bagian keraton ini pengunjung harus membayar tiket sebesar Rp. 5.000,- untuk bagian depan keraton antara lain pagelaran, siti hinggil dan sekitarnya sedangkan untuk yang bagian dalam keraton melalui Keben tiket sebesar Rp. 7.000,-

How to get There :
Untuk menuju lokasi Keraton Yogyakarta sangat mudah sekali, Anda bisa mempergunakan transportasi tradisional berupa Becak dan Andong Wisata ataupun transportasi modern yakni Taksi. Kendaraan pribadi pun sangat memungkinkan digunakan untuk mengunjungi lokasi ini.

sumber : http://yogyakarta.panduanwisata.com

Beranda

Sekilas Tentang Museum Keraton Yogyakarta



Museum Keraton YogyakartaMuseum Keraton dirintis pada masa Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Pada masa Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, urusan kepariwisataan dipercayakan kepada Parentah Luhur Keraton yang kemudian berganti nama Kawedanan Kori, dan akhirnya berganti nama Tepas Dwara Pura. Pemandunya diambil dari KHP Widya Budaya, seiring dengan makin banyaknya pengunjung maka Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendirikan Bebadan Museum Keraton.
Sejak 1 Oktober 1969 kantor Bebadan Museum Keraton, dan menempati bangsal Pecaosan yang terletak di sebelah barat gerbang Sri Manganti, persisnya di Jalan Rotowijayan. Keraton memiliki beberapa museum yang lebih dikenal dengan Museum Keraton Yogyakarta, yang didalamnya terdapat museum, Lukisan, Keraton, Hamengku Buwono IX dan museum Kereta, Museum Hamengku Buwono IX terletak dalam kompleks Keraton yang didalamnya berisi benda-benda yang pernah digunakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, termasuk perlengkapan fotografi, Kyai Garuda Yeksa kereta yang digunakan untuk kirab upacara penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono VI – X; Kyai Jaladara digunakan tugas keliling desa; Kyai Kanjeng Jimat digunakan Sri Sultan Hamengku Buwono I sampai III untuk acara Garebeg atau menjemput tamu-tamu khusus.

Bangunan
Museum ini didirikan di atas tanah seluas 14.000 m2 dengan ciri arsitektur Jawa.

Koleksi
Museum Keraton memiliki berbagai macam jenis baik yang terbuat dari perunggu, kayu jati, kertas, kaca besi dan kulit antara lain :

Peralatan rumah tangga, keris, tombak, wayang, gamelan, naskah kuno, foto dan lukisan diantaranyaada yang berusia sampai 200 tahun.
Koleksi unggulan, berupa perlengkapan jumenengan (penobatan raja), terdiri atas banyak, dalang, sawung, galing, hardawalika, kutuk, kandil, kacu mas, dan cepuri yang dibuat dari bahan kuningan sehingga semua peralatan tersebut berwarna kuning keemasan.Benda-benda tersebut secara simbolis menggambarkan sifat-sifat raja yang arif dan bijaksana, koleksi peralatan jumenengan diperlakukan secara khusus, seperti juga benda-benda yang pusaka yang lain yang dianggap bertuah, selalu disajeni pada hari hari tertentu.

Kegiatan Pendukung
Kegiatan rutin dalam rangka mendukung peningkatan apresiasi masyuarakat terhadap museum antara lain :

Macapat,  Jum’at 10.00 – 12.00 wib, Bangsal Sri Manganti
Karawitan, Senin/Selasa 10.00 – 12.00 wib, Bangsal Sri Manganti
Wayang Kulit, Sabtu 10.00 – 12.00 wib, Bangsal Sri Manganti
Wayang Orang, Minguu 11.00 – 13.00 wib, Bangsal Sri Manganti

Alamat
Kompleks Keraton Yogyakarta
(0274) 373721


http://www.potlot-adventure.com/2009/09/24/museum-keraton-yogyakarta/

Museum Kereta Keraton, Garasi Koleksi Kereta milik Keraton Yogyakarta


Tak jauh dari alun-alun utara dan bersebelahan dengan bangunan keraton Yogyakarta tepatnya di sisi barat keraton terdapat sebuah museum yang sayang untuk dilewatkan. Museum Keraton Yogyakarta adalah sebuah museum kecil yang dikelola oleh Keraton Yogyakarta yang menyimpan beberapa koleksi kereta kencana yang dimiliki keraton, dahulu tempat ini disebut sebagai garasinya kereta-kereta milik keraton. Biaya masuk untuk mengunjungi keraton ini adalah sebesar 3000 rupiah per orang plus 1000 rupiah untuk ID foto (bagi yang membawa kamera). Jam buka museum sendiri mulai pukul 08.30 sampai dengan pukul 16.00. Guide lokal pun disediakan jika ingin lebih mengetahui lagi tentang informasi koleksi kereta yang ada di museum ini. Sekali lagi guide di sini sistem bayarnya seikhlasnya dari si pengunjung. Ada baiknya menyewa guide untuk lebih mengetahui cerita dan latar belakang kereta yang ada di museum ini.



Semua kereta di sini semuanya memiliki nama tersendiri dan memiliki fungsi masing-masing. Jadi kereta di sini tak semabranagan digunakan, biasanya penggunaan kereta tergantung dengan acara yang diselenggarakan oleh keraton. Di museum ini tersimpan kereta-kereta dari jaman penjajahan yang sebagian besar tempat pembuatannya dari negara Eropa. Sangat eksotis melihat mahakarya-mahakarya ini. Sebagian kereta masih digunakan oleh keraton dalam gelaran-gelaran budaya ketika Keraton Yogyakarta sedang punya hajatan. Semua koleksi masih terawat dengan baik. Rata-rata kereta yang ada di sini buatan dari Eropa. Sebagian kereta sudah mengalami renovasi baik cat maupun bagian interior kereta, namun sebagian juga masih banyak yang asli.


Setiap kereta pasti ada tanda khusus seperti negara pembuat yang terdapat di as roda, tahun pembuatan yang berada di bodi kereta maupun interiornya, lambang keraton yang menandakan kereta ini milik sultan yang ke berapa. Ada hal unik di salah satu lambang ini, saat dipotret tanpa cahaya dan dilihat dengan mata biasa goresan lambang ini tampak kusam, tapi ketika dipotret dengan menggunakan flash lambang ini terlihat begitu hidup.

 Ada yang unik di museum ini karena ada sebuah kereta yang dikeramatkan dan diberikan sekat khusus yang letaknya dipisahkan dengan kereta-kereta yang lain. Di antaranya adalah Kereta Garuda Yeksa yang biasa disebut kereta kencana, karena hiasan yang ada di kereta dini dilapisi oleh emas dan di atasnya terdapat simbol seperti mahkota yang terbuat dari emas juga. Kaca yang terdapat hampir di semua kereta terbuat dari kristal. Kereta lainnya adalah Kereta Roto Praloyo yang digunakan untuk mengangkut jenazah Sultan dari Keraton menuju Imogiri.

 Ada satu kereta yang diistimewakan di tempat kereta keramat ini, yakni kereta yang bernama Kanjeng Nyai Jimad. Dari namanya saja sudah istimewa karena kereta yang lain diberi nama Kyai. Bentuknya sangat indah dan mirip dengan kereta cinderela yang ada di dongeng-dongeng dengan bagian depan seperti ada sebuah patung wanita yang menyangga kereta tersebut dan diberi untaian bunga. Ketika memasuki ruangan di mana kereta ini diletakkan dan juga saat akan memotret kereta ini di pemandu selalu memberikan semacam salam sungkem guna meminta izin kepada penunggu kereta ini. Konon katanya kereta ini hanya digunakan oleh Sultan dan Kanjeng Ratu Kidul. Hingga saat ini setipa bulan suro kereta ini masih dijamasi/dibersihkan. Kata pemandu juga tiap memotret kereta ini, berebeda orang akan berbeda pula hasilnya.



Mistik tentang ratu pantai selatan memang masih kental di wilayah Yogyakarta. Lepas percaya atau tidak tentang cerita tersebut, namun keindahan kereta-kereta milik keraton ini sayang untuk dilewatkan. 

http://andikaawan.blogspot.com/2011/04/museum-kereta-keraton-yang-menyimpan.html